Saat Puja Jadi Cerca: Anatomi ‘Cancel Culture’ Lokal, Melacak Jejak Fans Garis Keras yang Berbalik Jadi ‘Hater’ Paling Vokal
Dari Pujian Setinggi Langit Hingga Hujatan yang Menerjang
Fenomena ‘cancel culture’ bukanlah hal baru di dunia maya. Selebritas, influencer, bahkan figur publik lainnya kerap menjadi sasaran amukan netizen yang merasa kecewa atau dikhianati. Di Indonesia sendiri, dinamika ‘cancel culture’ memiliki ciri khasnya tersendiri, seringkali diwarnai oleh perubahan drastis dari pujian menjadi cercaan yang begitu tajam. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apa yang mendorong perubahan sikap fans garis keras yang dulunya memuja, kini berbalik menjadi ‘hater’ paling vokal?
Salah satu faktor pemicu adalah ekspektasi yang terlalu tinggi. Fans yang sangat mengidolakan seorang artis cenderung membangun gambaran ideal di benaknya. Ketika sang idola melakukan kesalahan atau berperilaku yang tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut, kekecewaan yang mendalam bisa berubah menjadi kemarahan dan serangan balik. Perasaan ‘dikhianati’ inilah yang sering menjadi bahan bakar utama ‘cancel culture’.
Media sosial juga berperan besar dalam mempercepat penyebaran dan intensifikasi ‘cancel culture’. Kemudahan akses informasi dan kecepatan penyebaran berita, baik yang valid maupun hoax, membuat ‘cancel culture’ menjadi seperti bola salju yang menggelinding semakin besar. Seringkali, netizen terbawa arus tanpa melakukan verifikasi informasi terlebih dahulu.
Selain itu, anonimitas di dunia maya juga memberikan ‘keberanian’ bagi sebagian orang untuk melontarkan hujatan dan cercaan tanpa merasa takut akan konsekuensi. Mereka merasa bebas untuk mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan tanpa perlu bertanggung jawab atas dampaknya. Bahkan, beberapa individu atau kelompok memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan pribadi, misalnya dengan menyebarkan berita bohong atau melakukan provokasi.
Menarik untuk mengamati fenomena ini lebih dalam, mengingat dampaknya yang bisa sangat merusak bagi karir dan kesehatan mental para artis. Terkadang, para penggemar berat ini mencari hiburan alternatif, seperti yang ditawarkan oleh Mahkota69 atau platform sejenis, sebagai pelarian dari kekecewaan mereka.